Ngawi,OposisiNews.Co.Id - Serangan hama tikus disejumlah wilayah pertanian dan perkebunan di Kabupaten Ngawi terus mendapat perhatian semua pihak karena dampaknya sangat fatal jika dibiarkan berlarut-larut bakal mengancam ketahanan pangan nasional . Hama tikus memiliki kemampuan berkembang biak secara cepat serta mampu beradaptasi dengan berbagai kondisi agroekosistem yang ada.
Segala upaya penanggulangan serangan hama tikus jenis ' Rattus Argentiventer ' dengan melibatkan sejumlah Kelompok tani , Pemerintah desa , Babinsa ,.Babinkamtipmas dan OPD yang membidangi Dinas pertanian mulai dari giat gropyokan tikus ,pemasangan makanan beracun bahkan pemasangan jerat yang dialiri listrik yang justru banyak membawa korban jiwa petani harus meregang nyawa , serangan hama tikus tetap tidak terkendali secara maksimal.
Serangan hama tikus pada persawahan dapat menimbulkan kerusakan fatal dan berkepanjangan karena perkembangbiakan jenis hama tikus sangat pesat maka perlu kontrol ekosistem mata rantai makanan . Pada kasus yang paling fatal seperti disejumlah wilayah pertanian di kabupaten Ngawi, mengakibatkan petani gagal panen dan menurunnya prodak pangan sehingga perlu dilakukan pengendalian OPT pada kegiatan usaha tani , akibat serangan hama tikus.
Salah satu pengendalian OPT yang dapat digunakan adalah pengendalian hayati (biological control). Pengendalian OPT ini memanfaatkan musuh alami hama tanaman. Meskipun begitu, diperlukan campur tangan manusia dalam melakukan pengendalian agen hayat
Hal itu menginisiasi pemdes Jatigembol Kecamatan Kedunggalar kabupaten Ngawi , dengan memanfaatkan 20% sumber dana desa ( DD ) tahun 2022 pemdes Jatigembol mengalokasikan dana pengadaan 36 rumah burung hantu jenis ' Tyto Alba ' yang bakal dipasang disejumlah wilayah pertanian desa Jatigembol. Diharapkan mampu menyeimbangkan mata rantai dan ekosistem lahan pertanian desa.
" Tahun ini ( 2022.red ) desa mengalokasikan anggaran sebesar Rp 18 juta. Untuk pengadaan 36 rumah burung hantu dengan estimasi anggaran @ Rp 500 ribu / 1paket sarang , untuk penyebaran rumah burung hantu mendasar luas lokasi pertanian / perkebunan dengan harapan predator pemangsa Sama obyek yang dimangsa berimbang " , Ujar Budi S , kepala desa Jatigembol.
" Saya yakin , dengan dijaganya ekosistem dan mata rantai makanan khususnya di wilayah pertanian , perkembangan hewan pengerat pertanian ( tikus ) adanya predator pemangsa ( burung hantu , ular sawah ) akan terkontrol dengan sendirinya ", ujarnya.
Budi S juga menambahkan , " Jika kita buka mata buka telinga , ekosistem lahan pertanian kita sudah hancur oleh ulah manusia sendiri , mulai dari zat hara tanah pertanian yang tidak terkontrol dampak pemakaian zat kimia maka sekarang digalakan lahan pertanian organik dan yang akhir-akhir ini serangan hama tikus disejumlah lahan pertanian / perkebunan mesti kita dan pemerintah telah berupaya melakukan gerakan gropyok tikus serentak se-kab Ngawi hasilnya kurang maksimal maka langkah efektifnya Pemerintah didukung oleh masyarakat , kelompok tani untuk kembali menjaga mata rantai makanan antara predator dan mangsa predator di wilayah pertanian . Salah satunya membuat sarang burung hantu disejumlah titik wilayah pertanian dan gerakan stop membunuh / menembak burung hantu jenis Tyto Alba dan Ular sawah ", tutup kepala desa Jatigembol. ( Red.adv )
Penulis .Redaksi.
Editor.Bambang PW
0 comments:
Posting Komentar