Ngawi , OposisiNews.Co.Id - TRINIL nama yang cukup famillier ditelinga trefeling wisatawan lokal , domistik dan manca negara , namun tidak sedikit yang tidak mengetahui jika museum Trinil berada dikawasan dukuh pilang desa Kawu Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi - Jawa Timur yang berjarak + 13 KM dari pusat pemerintahan kabupaten Ngawi .
Museum tempat penyimpanan fosil manusia kera berjalan tegak atau yang dikenal dengan Phitecantropus Erectus yang menurut catatan sejarah ditemukan oleh pejabat kedocteran berkebangsaan Hidia Belanda bernama Eugene Dubois pada tahun 1891 sampai dengan tahun 1892. Untuk memperingati penemuan itu dibuatlah tugu berisi gambar anak panah dengan arah timur laut yang bertuliskan P.e 175 m dan telah tertulis dalam buku Panduan Museum Trinil.
Selain museum Trinil digunakan menyimpan fosil kera berjalan tegak yang tidak sedikit dipercayai sebagai nenek moyang manusia sekarang mendasar teory Evolusi , museum trinil juga dipakai menyimpan fosil banteng dan gajah purba yang sangat berguna bagi penelitian dan pendidikan khususnya dibidang sejarah kepurbakalaan.
Menurut catatan sejarah Perintisan museum dilakukan oleh Wirodiharjo sejak tahun 1980. Pada tanggal 20 November 1991, Museum Trinil diresmikan oleh Gubernur Jawa Timur, Soelarso. Pemilik museum adalah pemerintah Provinsi Jawa Timur, sedangkan pengelolaannya diserahkan kepada Unit Pelakasana Teknis Museum Trinil Ngawi.
Ali Imran , Kepala Desa Kawu pada berita OposisiNews menjelaskan " Letak geografis Museum trinil hampir di kelilingi Sungai Bengawan Solo mulai dari 3 penjuru timur , Utara dan Barat dengan luas lokasi museum berkisar 24.100 meter persegi ", ungkapnya.
Sesuai perkembangannya museum trinil dikelola 18 personel yang terdiri dari 8 ASN dari BPCB (Balai Pelestarian Cagar Budaya) Trowulan Mojokerto - Jawa Timur , 5 ASN dari Dispariapora Kabupaten Ngawi dan dipekejakan 5 Orang outsorshing.
Untuk menunjang exsistensi sebagai lokasi wisata purbakala yang berada di Kabupaten Ngawi , Pemkab Ngawi melalui OPD Dispariapora dan Kemendikbud Ngawi membangun infrastruktur jalan menuju lokasi dan fasilitas penunjang wisata dengan memanfatkan sumber anggaran APBD Kab Ngawi dan DAK Non Fisik Kemendikbud berupa :
– Museum dan Pendopo peristirahatan yang biasanya dimanfaatkan untuk acara seminar , even promosi prodak unggulan Ngawi , even fashion dst
– Tempat Cenderamata , sarana promosi makanan olahan , Hendy craf dan Kaos bernuansa museum Trinil dibawah pembinaan bidang ekonomi kreatif Dispariapora Ngawi dan permodalan UMKM
– Diorama fosil purbakala lengkap dengan identitas dan dekskripsinya , sarana pembelajaran , pengenalan budaya dan purbakala siswa-siswi mulai dari tingkat TK , SD,SLTP,SLTA ( sederajat ) dibawah pembinaan Dindik Ngawi dan Mendikbud.
– Mushola dan arena bermain anak mulai dari ayunan , taman bunga dan miniatur satwa yang didominasi dengan patung gajah purba ( Stegodon trigonochepslus ) yang cukup besar.
– Bumi menara ( rumah pohon ) yang identik dengan tempat tinggal manusia tempo dulu selain miniatur gua-gua purba tempat tinggal kera berjalan tegak ( Pithecanthropus Erectus ) dengan membawa alat buru purba berupa kapak batu .
– Toilet dan kamar mandi.
Bagi trefeler wisata purbakala yang berkunjung di Museum Trinil akan disuguhkan diorama temuan purbakala yang dibingkai estalase di dalamnya berisikan benda-benda fosil, di antaranya fosil tulang panggul gajah purba jenis Stegodon trigonochepslus, serta fosil tulang pengumpil gajah , sementara untuk fosil Pithecanthropus Erectus hanya berupa replika, sedangkan yang asli di bawa ke tempat asal temuan di Pacitan.( YD,Red**)
Redaksional disadur dari sumber data memorial sejarah museum Trinil , refrensi OPD Dindik Ngawi , OPD Dispariapora dan Tokoh Masyarakat ( Kdes Kawu )
0 comments:
Posting Komentar