Ngawi , OposisiNews.Co.Id- Memasuki penghujung tahun 2020 destinasi unggulan obyek wisata alam ,sejarah dan Budaya di Kabupaten Ngawi mulai bergeliat , salah satunya obyek wisata alam dan Sejarah ' Monumen Gubernur Soerya ' yang diresmikan pada 28 Oktober 1975 oleh Pangdam VIII/Brawijaya, Mayjen TNI Witarmin.
Setelah vakum kurang lebih satu tahun karena renovasi dan pembangunan infrastruktur serta terdampak Covid 19 , Monumen Gubernur Soerya pada awal bulan Desember 2020 kembali dibuka untuk umum .
Monumen Gubernur Soerya yang menempati lahan Perhutani seluas kurang lebih 28 hektar yang terbelah jalur nasional merupakan munumen sejarah kelam bangsa yang menggambarkan kekejaman Partai Komunis Indonesia ( PKI ) pada tahun 1948 yang dilakukan oleh Front Demokrasi Rakyat ( FDR/PKI ) yang menurut literatur sejarah dipimpin Maladi Yusuf pada gubernur pertama Jawa Timur , Raden Mas Tumenggung Aryo Soerjo (RMT-A Suryo) serta 2 perwira polisi Kombes Pol M. Doerjat dan Kompol Soeroko dalam perjalanan pulang dari DI Yogyakarta , cerita singkat Hariyanto mengawali Ngopi bareng awak media di Lokasi Monumen Soerya Ngawi.
Kondisi monumen sejarah Jawa Timur dan Bangsa ini dalam perjalanan-nya mengalami grafik semakin baik dan mempesona sebagai salah satu destinasi wisata sejarah dan alam bagi wisatawan domistik dan manca negara .
Banyak faktor penunjang untuk mengklaim ' Monumen Soeya ' menjadi destinasi wisata unggulan yang berada di Kabupaten Ngawi , seperti . Letak geografis dipinggir jalan nasional , Garden Of a Thousand Flower Park ( taman seribu bunga ) , Kuliner , sarana bermain anak dan ditunjang budaya lokal warga sekitar monumen Soerya mulai dari Handy craf dan penangkaran / jual beli burung perkutut , kepodang dan ayam bekisar .
Ke Elokan penampilan destinasi Monumen Soerya dari masa ke masa tidak lepas dari sentuhan tangan dingin Hariyanto yang lebih akrab disapa Hari Kembang dan tidak lain merupakan Direktur Utama Hargodumilah Grub.
Dibawah konsepnya dan pengalamannya mengelola 8 titik obyek wisata dilahan Perhutani yang tersebar di Jawa Timur dan Jawa Tengah , seperti Srambang Park , Suwono , Museum Kereta Api di Kabupaten Blora , Pemadian Hargodumilah dst maka layak Hariyono menyandang ' Maestro Destinasi Wisata Alam & Sejarah ' sang Konsepsionis wisata putra Ngawi.
Dalam konfirmasinya pada puluhan awak media , Hariyanto menjelaskan . " Renovasi lokasi wisata Monumen Soerya telah menghabiskan dana kurang lebih 2,3 M , untuk fokus utama wilayah tugu monumen sudah rampung 99 % dan pada awal bulan ini ( 1 Desember 2020 ) , monumen sudah bisa dibuka untuk umum ''. Senin 30/11/2020.
" Karena kondisi pendemi Covid 19 yang tidak kunjung hilang , maka pengelola wisata Monumen Soerya menerapkan protokoler kesehatan ketat pada semua pengunjung bahkan tidak segan pengelola akan mengeluarkan pengunjung dari lokasi wisata jika terbukti melanggar aturan yang sudah disepakati Pengelola dan anjuran pemerintah daerah ( Bupati ) selaku gugus tugas Covid 19 Kabupaten Ngawi " ujarnya.
" Untuk sementara pengujung bisa memanjakan mata dengan 37 jenis tanaman hias ( Flower Garden ) selain 23 tanaman edemik ( awal renovasi ) seperti Sono Keling , Sawo Kecik , cendana dst serta penangkaran rusa Jawa dengan tiket Rp 10.000 / pengunjung " , imbuh Hariyanto.
" Dengan dibukanya obyek wisata Monumen Soerya hari ini , Selasa 1 Desember 2020 . Pengelola wisata ' Hargodumilah Grub ' akan konsisten melakukan pembenahan dan penambahan sarana prasarana wisata seperti yang terkonsep sejak awal seperti Cafe Bar , Jalan wisata ala Malioboro , tempat bermain anak dan dipastikan tahun ini rampung ", tambahnya.
Disinggung terkaid Sefti untuk pengunjung wisata ,Hariyanto secara lugas dan tegas mengatakan , ' Untuk Sefti kesehatan harga mati harus mematuhi protokoler Covid 19 , sementara untuk lalu lintas pihak pengelola tetap mengandeng dan berkordinasi dinas terkaid ( Dishup dan Lalu lintas ) dan untuk fly over ( Jembatan layang ) penghubung wisata utama monumen Soerya yang berada di wilayah selatan jalan nasional dengan lokasi tugu penyiksaan dan pembunuhan Gubernur Soerya yang berada di Utara jalan nasional akan dikerjakan 2 tahun kedepan untuk sementara pengelola wisata baru mengadakan penanaman tanaman jenis Tabibuya ", tegasnya.
Untuk menampik rumor Monopoli wisata di Kabupaten Ngawi pada berita OposisiNews , Hariyanto yang sebentar lagi merampungkan program study Doctornya memaparkan ," Semua orang bahkan tidak harus pemerintah daerah tanpa menutup status harus mampu mengelola wisata yang ada disekitar kita tidak harus dengan modal yang besar cukup dengan Komitmen, Kemauan , tekat , ketekunan dan iklas . Seperti Obyek wisata Monumen Soerya ini , pihak pengelola dan Perhutani hanya melakukan PKS selama 2 tahun mendasar aturan yang ada dan insyallah dengan modal yang saya sebutkan tadi pihak Perhutani akan melakukan perpanjangan PKS selanjutnya ".
" Bahkan hal terburuk untuk menjadi sukses harus disiapkan dengan ikhlas , pengelolaan wisata Monumen Soerya sesuai kesepakatan menerapkan bagi hasil dengan estimasi perhutani 30% , LMDH 5% dan Pengelola / Pemodal 65 % dengan modal usaha Rp 2,3 M sementara ini , pengelola baru bisa merasakan untung setelah pengelolaan 15 th , jika hal yang tidak diinginkan atau terjadi Wanprestasi bisa dimungkinkan pihak 1 ( perhutani ) tidak melakukan perpanjangan SPK , otomatis dampaknya pengelola merugi dan semua hal-hal terburuk itu harus kita siapkan meskipun itu diluar kehendak pengelola hanya saya optimis itu tidak akan terjadi selama kita berprestasi dan komitmen dalam pengelolaan wisata karena untuk melanjutkan konsep saya tidak mudah ", papar Hariyanto.
" Pada dasarnya saya pribadi selaku Dirut Hargodumilah Grub tidak hanya terorentasi pada profit namun ada hal yang lebih besar yaitu kita bisa menyerap ratusan tenaga kerja muda untuk dijadikan kader-kader muda pengusaha wisata Ngawi dan memberikan sumbangsih PAD pada Pemkab Ngawi dan semua tidak lepas.dari dukungan rekan-rekan media Ngawi dalam memberikan suport dan masukan positifnya ", tutupnya. ( Red )
0 comments:
Posting Komentar