![]() |
Oleh: Budi Hantara |
Penyebarannya berasal dari kota Wuhan Cina kemudian menjalar ke seluruh dunia. Seluruh aspek kehidupan merasakan dampaknya.
Pandemi COVID-19 memengaruhi pola kehidupan masyarakat termasuk pola pendidikan. Hal ini menimbulkan dampak secara khusus pada guru dan peserta didik di seluruh Indonesia.
Guru dan peserta didik sama-sama terisolir dan beraktivitas dalam kondisi tidak ideal. Kondisi ini tidak hanya menimbulkan tekanan pada peserta didik tetapi juga dirasakan oleh guru. Untuk menghadapi situasi ini pemangku kebijakan menyikapi dengan berbagai cara.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI mengeluarkan surat edaran no.15 tahun 2020 tentang pedoman penyelenggaraan belajar dari rumah dalam masa darurat penyebaran Covid-19.
Dalam pedoman ini guru mempunyai tugas utama berkomunikasi dengan orang tua peserta didik, membuat RPP, memastikan proses pembelajaran berjalan dengan lancar, merekap tugas siswa, mengajarkan pendidikan kecakapan hidup dan mengajarkan kegiatan rekreasional.
Dengan adanya surat edaran no.15 tahun 2020 tentang pedoman penyelenggaraan belajar dari rumah dalam masa darurat penyebaran Covid-19 maka metode pendidikan yang semula dilakukan secara tatap muka berubah menjadi Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) atau daring.
Menyikapi hal tersebut maka sekolah dan para guru harus mengubah pola kegiatan pembelajaran. Para guru harus mempersiapkan perangkat pembelajaran supaya Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) berjalan lancar, menyenangkan dan sukses. Tentu saja proses perubahan ini membutuhkan waktu untuk saling beradaptasi. Baik guru maupun peserta didik membutuhkan waktu untuk menyesuaikan dengan kebiasaan baru (new normal).
Guru-guru yang selama ini belum melek teknologi, mau tidak mau harus berlatih agar lebih melek teknologi. Semangat para guru untuk menjalankan tugas mulia di tengah situasi sulit ini tak perlu diragukan.
Semangat Merdeka Belajar yang menyenangkan mendorong para guru melakukan berbagai inovasi. Sebagai contoh nyata, berikut ini akan diuraikan inovasi pembelajaran “JARING MESRA” yang sudah dilaksanakan di SMP Negeri 1 Ngawi.
JARING MESRA CARA PEMBELAJARAN INOVATIF
JARING MESRA merupakan salah satu cara pembelajaran inovatif. Istilah ini merupakan akronim dari Belajar Daring Memakai Sragam. Munculnya istilah Jaring Mesra dilatarbelakangi pemikiran bahwa Pembelajaran Jarak Jauh atau daring tidak boleh mengabaikan pendidikan karakter peserta didik.
Walaupun belajar di rumah, peserta didik harus tetap dilatih untuk disiplin dan tanggung jawab. Supaya peserta didik tetap merasakan suasana pembelajaran dan bisa menunjukkan sikap disiplin dan tanggung jawab maka SMP Negeri 1 Ngawi membuat kebijakan belajar di rumah atau belajar daring dengan memakai sragam sekolah.
Peserta didik mengenakan sragam sesuai ketentuan pada waktu kegiatan pembelajaran di masa normal. Supaya efektif dan memudahkan guru memantau peserta didik maka sekolah membuat Standar Operasional Prosedur (SOP).
Dalam SOP semua prosedur ditetapkan dengan jelas. Misalnya sebelum mulai pembelajaran, guru yang mengajar pada jam pertama diberi waktu 30 menit untuk menyapa peserta didik dan memberikan pengarahan melalui Google Meet.
Kesempatan itu sekaligus digunakan untuk mengecek kehadiran peserta didik, memantau kedisiplinan dalam memakai sragam dan mengingatkan untuk Salat Dhuha bagi yang beragama Islam. Hal ini dilakukan dalam rangka menanamkan pendidikan karakter pada peserta didik. Pada masa kebiasaan baru (new normal) jadwal pelajaran mengalami penyesuaian. Pembelajaran yang pada masa normal dimulai jam 07.00 Wib berdasarkan SOP yang baru dimulai jam 07.45 Wib.
Untuk melaksanakan pembelajaran jarak jauh, setiap guru bisa melakukan inovasi sesuai dengan kreatisvitas masing-masing. Konsep Merdeka Belajar ala Nadiem Makarim yang ingin menciptakan suasana belajar yang bahagia tanpa dibebani dengan pencapaian skor atau nilai tertentu kiranya bisa dikembangkan.
Bagaimana caranya peserta didik merasa tertarik dan merasa senang sehingga pembelajaran bisa berlangsung penuh suka cita. Ada hal penting yang harus disadari oleh guru, yaitu memotivasi peserta didik untuk mengembangkan budaya literasi dengan baik karena bila pemahaman literasi peeserta didik sudah bagus maka proses pembelajaran selanjutnya akan mudah.
Literasi; bukan hanya kemampuan untuk membaca, tetapi juga kemampuan menganalisa suatu bacaan, kemampuan memahami konsep di balik tulisan/angka tersebut. Guru harus memberi contoh secara nyata supaya peserta didik percaya dan mencontohnya. Guru harus memiliki pemahaman literasi yang baik. Idealnya guru memiliki beberapa sumber literasi untuk menambah wawasan dan mampu menyediakan sumber belajar bagi peserta didik. Kebetulan saya ikut aktif dalam kegiatan literasi. Selain aktif menulis buku saya membuat sumber pembelajaran dalam bentuk You Tube dan Blog. Hal ini bisa digunakan sebagai sumber pembelajaran yang menarik bagi peserta didik.
Mereka bisa memilih sumber pembelajaran sesuai dengan keinginan. Misalnya pada saat membahas materi IPS kelas 7 tentang “Letak dan Luas Indonesia” selain menggunakan sumber belajar berupa buku paket, peserta didik bisa membuka You Tube dan Blog melalui link (https://youtu.be/QGpfX-jBtMg) dan (https://bengkelliterasibudihantara.blogspot.com/2020/08/bletak-dan-luas-indonesia.html) yang saya bagikan. Supaya video pembelajaran menarik, sebaiknya pada bagian awal kita berikan cerita singkat yang inspiratif.
Perkembangan teknologi saat ini sangat membantu guru dalam melaksanakan Pembelajaran Jarak Jauh atau daring. Selain sarana pendukung seperti gawai (gadget) dan laptop dengan mudah dimiliki oleh guru dan peseta didik, banyak aplikasi menarik yang bisa digunakan untuk pembelajaran daring.
Google Classroom merupakan salah satu aplikasi yang memiliki beberapa keunggulan. Di antaranya praktis dan ekonomis. Praktis karena mudah dilakukan kapan saja (bisa dijadwalkan sesuai keinginan) dan di mana saja. Pengelolaan kelas mudah karena dalam Google Classroom tersedia beberapa ruang untuk kolom materi, tugas peserta didik, penilaian dan daftar hadir. Aplikasi ini mudah dihubungkan dengan sumber pembelajaran baik dalam bentuk Dokumen, Video, You Tube, Blog atau Google Drive. Selain beberapa kemudahan tersebut aplikasi ini bisa diunduh secara gratis.
Kemampuan guru tidak hanya bisa melakukan pembelajaran yang inovatif, tetapi harus memiliki empati dan memahami kondisi peserta didik. Baik kondisi ekonomi maupun kondisi psikologi peserta didik. Jangan sampai Pembelajaran Jarak Jauh menjadi beban bagi peserta didik. Bila guru hanya mengajar dan memberi tugas tanpa memahami situasi dan kondisi peserta didik bisa menimbulkan dampak buruk.
Berdasarkan fakta yang saya jumpai ada beberapa hambatan dalam pelaksanaan pembelajaran jarak jauh atau daring. Faktor penghambat pembelajaran jarak jauh atau daring tersebut antara lain:
Koneksi internet lemot.
Kemandirian peserta didik rendah.
Masih ada guru yang kurang menguasai teknologi.
Kemampuan sebagian orang tua secara ekonomi maupun pendidikan rendah.
Walaupun ada beberapa kendala, kita harus optimis dan berusaha secara optimal agar pembelajaran jarak jauh berhasil sesuai harapan. Para guru pasti akan berusaha meningkatkan pembelajaran secara kreatif dan inovatif supaya peserta didik bisa belajar dengan penuh suka cita (full enjoy learning).( BD.Red )
0 comments:
Posting Komentar